Selasa, 13 September 2011

Laporan Hasil Praktikum KIMIA DASAR 2

lAPORAN HASIL PRAKTIKUM 
KIMIA DASAR 2

PENGARUH SENTRIFUGASI DAN  PENAMBAHAN ALKOHOL (METANOL) PADA AIR PAYAU SERTA KAITANNYA DENGAN SIFAT-SIFAT KOLOID.



FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
PROGRAM STUDI MATEMATIKA
UNIVERSITAS BORNEO TARAKAN 

I.       JUDUL PRAKTIKUM
Judul praktikum ini adalah “PENGARUH SENTRIFUGASI DAN  PENAMBAHAN ALKOHOL (METANOL) PADA AIR PAYAU SERTA KAITANNYA DENGAN SIFAT-SIFAT KOLOID.

II.    TUJUAN PRAKTIKUM
Tujuan dari praktikum ini adalah :
1.Untuk Mengetahui air payau merupakan sistem koloid.
2.Untuk Mengetahui pengaruh penambahan larutan/zat lain pada suatu sistem koloid (Dalam hal ini penambahan Alkohol (metanol) pada air payau)
3.Untuk mengamati sifat koagulasi pada suatu sistem koloid melalui cara sentrifugasi

III.    LANDASAN TEORI
3.1    Air Payau
Air payau adalah campuran antara air tawar dan air laut (air asin). Jika kadar garam yang dikandung dalam satu liter air adalah antara 0,5 sampai 30 gram, maka air ini disebut air payau. Namun jika lebih, disebut air asin. Ph air payau antara 6 s/d 8 dan salinitas air payau 0,05-3%. Air payau merupakan salah satu sumber penyedia air didaerah pesisir atau tepi pantai. Sumber air yang terdapat didaerah-daerah seperti itu, baik air permukaan mempunyai rasa asin. Hal ini disebabkan oleh konsentrasi klorida dan zat padat terlarut yang tinggi. Air payu merupakan sistem koloid yang berupa sol (padat-cair) yakni padat merupakan zat terdispersi dalam zat cair sebagi medium pendispersi.

2.1    Metanol
Metanol adalah bentuk paling sederhana dari alkohol yang biasa digunakan sebagai pelarut diindustri dan sebagai bahan tambahan dari etanol dalam proses denaturasi sehingga etanolmenjadi toksik.
Rumus kimia dari Metanol adalah CH3OH dan dikenal dengan nama lain yaitu metil alkohol, metal hidrat, metil karbinol, wood alkohol atau spiritus.
Metanol, merupakan asam lemah. Pada keadaan atmosfer metanol berbentuk cairan yang ringan, mudah menguap, tidak berwarna, mudah terbakar dan beracun dengan bau yang khas. (berbau lebih ringan daripada etanol). Ia digunakan sebagai bahan pendingin anti beku, pelarut, bahan bakar dan sebagai bahan additif bagi etanol industri.
Metanol diproduksi secara alami oleh metabolisme anaerobik oleh bakteri. Hasil proses tersebut adalah uap metanol (dalam jumlah kecil) di udara. Setelah beberapa hari, uap metanol tersebut akan teroksidasi oleh oksigen dengan bantuan sinar matahari menjadi karbon dioksida dan air.
Reaksi kimia metanol yang terbakar di udara dan membentuk karbon dioksida dan air adalah sebagai berikut:
2CH3OH + 3 O2 → 2 CO2 + 4 H2O
Api dari metanol biasanya tidak berwarna.  Karena sifatnya yang beracun, metanol sering digunakan sebagai bahan additif bagi pembuatan alkohol untuk penggunaan industri; Metanol kadang juga disebut sebagai wood alcohol karena ia dahulu merupakan produk samping dari distilasi kayu. Saat ini metanol dihasilkan melului proses multi tahap. Secara singkat, gas alam dan uap air dibakar dalam tungku untuk membentuk gas hidrogen dan karbon monoksida; kemudian, gas hidrogen dan karbon monoksida ini bereaksi dalam tekanan tinggi dengan bantuan katalis untuk menghasilkan metanol. Tahap pembentukannya adalah endotermik dan tahap sintesisnya adalah eksotermik. Endotermik (pemanasan dalam) suatu proses atau reaksi yang menyerap energi dalam bentuk panas. Sedangkan Eksotermik (pemanasan luar) suatu proses atau reaksi yang melepaskan energi  dalam bentuk energi panas atau energi cahaya (contohnya percikan api atau ledakan), energi listrik (contohnya pada baterai), atau dapat juga energi suara.
2.1  Koloid
2.1.1 Pengertian Koloid
Koloid ialah sistem yang terdiri dari dua komponen atau lebih yang bukan homogen (larutan), tetapi juga tidak heterogen (campuran) melainkan di antara homogen dan heterogen. Koloid merupakan campuran Beberapa zat yang sifat-sifatnya terletak antara sifat larutan dan suspensi (campuran).
2.1.2    Sifat-sifat koloid
a.  Efek Tyndall.
Efek Tyndall adalah penghamburan cahaya oleh sistem koloid, peristiwa di mana jalannya sinar dalam koloid dapat terlihat karena partikel koloid dapat menghamburkan sinar ke segala jurusan.
b. Gerak Brown.
Gerak Brown adalah gerak partikel-partikel koloid dalam medium pendispersi secara acak dan tidak terhenti, yang terjadi karena adanya tumbukan antara partikel zat terdispersi dan zat pendispersi. Karena  gerak aktif yang terus menerus ini, partikel koloid tidak memisah jika didiamkan.
c.    Koagulasi Koloid
Koagulasi koloid adalah penggumpalan partikel-partikel koloid dan membentuk endapan karena elektrolit yang muatannya berlawanan. Koagulasi dapat terjadi karena: Perubahan suhu, Pengadukan, Penambahan ion dengan muatan besar (contoh: tawas), Pencampuran koloid positif dan koloid negatif.Koloid akan mengalami koagulasi secara fisik/mekanik dan kimia. Cara mekanik dilakukan dengan pemanasan, pendinginan atau pengadukan cepat. Cara kimia dilakukan Dengan penambahan elektrolit (asam, basa, atau garam). pencampuran koloid yang berbeda muatan. Dengan mencampurkan 2 macam koloid dengan muatan yang berlawanan. Contohnya: Fe(OH)3 yang bermuatan positif akan menggumpal jika dicampur As2S3 yang bermuatan negatif.

a.  Adsorbsi Koloid
Adsorbsi koloid adalah penyerapan zat atau ion pada permukaan sistem koloid. Sehingga sistem koloid ini mempunyai muatan listrik. Penyerapan pada permukaan ini disebut adsorbsi (harus dibedakan dari absorbsi yang artinya penyerapan sampai ke bawah permukaan). Contoh:
(i)   Koloid Fe(OH)3 bermuatan positif karena permukaannya menyerap ion H+.
(ii)Koloid As2S3 bermuatan negatit karena permukaannya menyerap ion S2.

a.  Muatan Koloid dan Elektroforesis
Muatan koloid ditentukan oleh muatan ion yang terserap permukaan koloid. Elektroforesis adalah gerakan partikel koloid karena pengaruh medan listrik. Karena partikel koloid mempunyai muatan maka dapat bergerak dalam medan listrik. Jika ke dalam koloid dimasukkan arus searah melalui elektroda, maka koloid bermuatan positif akan bergerak menuju elektroda negatif dan sesampai di elektroda negatif akan terjadi penetralan muatan dan koloid akan menggumpal (koagulasi), maka Elektroforesis adalah proses berpindahnya partikel-partikel dalam sistem koloid karena pengaruh medan listrik.
 
2.1.1 Jenis – jenis koloid
Fase Terdispersi
Fase Pendispersi
Nama
Contoh
Cair
Gas
Aerosol Cair
Kabut,Awan
Padat
Gas
Aerosol Padat
Asap, Debu
Gas
Cair
Buih
Busa sabun, Krim kocok
Cair
Cair
Emulsi
Susu, Santan, Minyak ikan
Padat
Cair
Sol
Tinta, Cat, Sol Emas
Gas
Padat
Buih Padat
Karet Busa, Batu apung
Cair
Padat
Emulsi Padat
Mutiara Opal
Padat
Padat
Sol Padat
Gelas warna

2.1.2  Koloid Liofil dan Koloid Liofob
a.    Koloid Liofil 
       Lio = cairan, Philia = Menyukai 
Koloid liofil adalah koloid yang mengadsorbsi cairan, sehingga terbentuk selubung disekeliling koloid.
Suatu sistem koloid dimana zat terdispersi mempunyai afinitas (daya tarik) yang besar terhadap medium
pendispersinya

b.    Koloid Liofob 
Lio = cairan, phobia= membenci
Koloid Liofob adalah kolid yang tidak mengadsorbsi cairan. Agar muatan koloid stabil, cairan pendispersi harus bebas dari elektrolit dengan cara dialisis, yakni pemurnian medium pendispersi dari elektrolit.
Suatu sistem koloid dimana zat terdispersi mempunyai afinitas (daya tarik) yang kecil terhadap medium
pendispersinya
LIOFIL
LIOFOB
1.     Menarik molekul air hingga menyelubungi partikel terdispersi
1.       Tidak menarik molekul air, tetapi mengadsorbsi ion
2.     Reversibel. Bila mengalami koagulasi akan dapat membentuk koloid kembali jika ditambah lagi medium pendispersinya
2.  Tidak reversibel. Apanila mengalami koagulasi sukar membentuk koloid lagi
3.  Biasanya terdiri atas  zat organik
3.  Biasanya terdiri atas zat anorganik
4.  Kekentalanya Tinggi pada pendispersi murni.
4.  Kekentalanya Rendah
5.  Gerak Brown tidak jelas
5.  Geraka Brown Terlihat jelas
6.  sukar dikoagulasikan oleh elektrolit. Koagulasi terjadi bila zat elektrolit berjumlah banyak.
6.  Mudah dikoagulasikan oleh elektrolit.
7.  Umumnya dibuat dengan cara Dispersi
7.  Umumnya dibuat dengan cara kondensasi
8.  Efek tyndall tidak terlihat jelas
8.  Efek tyndall terlihat jelas
2.1.3 Koloid Pelindung
Koloid pelindung adalah suatu sistem koloid yang ditambahkan pada sistem koloid lainnya agar diperoleh koloid yang stabil.

2.1.4 Dialisis
Dialisis adalah proses penyaringan partikel koloid dari ion-ion yang teradsorbsi sehingga ion-ion tersebut dapat dihilangkan dan zat terdispersi terbebas dari ion-ion yang tidak diinginkan.

2.1.5 Pembuatan Sistem Koloid
Ada dua metoda pembuatan sistem koloid:
a.    Cara Kondensasi
Pembuatan sistem koloid dengan cara kondensasi dilakukan dengan cara penggumpalan partikel yang sangat kecil. Penggumpalan partikel ini dapat dilakukan dengan cara sebagai berikut
a)    Reaksi Pengendapan.
Pembuatan sistem koloid dengan cara ini dilakukan dengan mencampurkan larutan elektrolit sehingga menghasilkan endapan.
b)    Reaksi Hidrolisis.
Reaksi Hidrolisis adalah reaksi suatu zat dengan air. Sistem koloid dapat dibuat dengan mereaksikan suatu zat dengan air.
c)    Reaksi Redoks.
Pembuatan koloid dapat terbentuk dari hasil reaksi redoks.
d)    Reaksi Pengenceran.
Contoh : pembuatan sol As2S3 dengan cara mengalirkan gas H2S ke dalam larutan H3AsO3 encer pada suhu tertentu.
Reaksi : 2H3AsO3 + 3H2S                      6H2O + As2S3
e)    Reaksi Pergantian Pelarut
Contoh : pembuatan gel kalsium asetat dengan cara menambahkan alkohol 96% ke dalam larutan kalsium asetat jenuh.
b.    Cara Dispersi
Pembuatan sistem koloid dengan cara dispersi dilakukan dengan memperkecil partikel suspensi yang terlalu besar menjadi partikel koloid, pemecahan partikel-partikel kasar menjadi koloid.
a)   Cara Mekanik
Ukuran partikel suspensi diperkecil dengan cara penggilingan zat padat, dengan menghaluskan butiran besar kemudian diaduk dalam medium pendispersi.
b)   Cara Peptisasi
Pembuatan koloid dengan cara peptisasi adalah pembuatan koloid dengan menambahkan ion sejenis, sehingga partikel endapan akan dipecah.
c)   Cara Busur Bredia/Bredig
Pembuatan koloid dengan cara busur Bredia/Bredig dilakukan dengan mencelupkan 2 kawat logam (elektroda) yang dialiri listrik ke dalam air, sehingga kawat logam akan membentuk partikel koloid berupa debu di dalam air.
2.1.1 Pemurnian Koloid
a. Menambahkan ion
Pada umumnya koloid padat (sol) dapat menyerap ion sehingga akan bermuatan listrik. Partikel koloid yang bermuatan akan tolak-menolak sesamanya. Akibatnya, koloid akan stabil dan tidak terkoagulasi
b. Dialisis
Dialisis adalah Pemurnian koloid dengan dengan menghilangkan ion-ion yang mengganggu kestabilan koloid. Koloid bermuatan akan stabil karena tolak-menolak antar partikel. Koloid jenis ini akan terkoagulasi jika dalam sistem terdapat ion yang muatannya berlawanan dengan muatan koloid, karena partikel koloid menjadi netral. Koagulasi ini dapat dicegah dengan mengeluarkan ion tersebut secara dialisis.
c. Menambah emulgator
Koloid dalam bentuk emulsi (tetesan cairan dalam medium cairan lain) dapat distabilkan dengan menambah zat lain yang disebut emulgator.

2.1.2 Macam-Macam Koloid
a. Aerosol adalah sistem koloid dimana partikel padat atu cair terdispersi dalam gas
b. Emulsi adalah sistem koloid dimana zat terdispersi dan pendispersi adalah zat cair yang tidak dapat
bercampur
c. Sol adalah suatu sistem koloid dimana partikel padat terdispersi dalam zat cair
d.Gel/Jel adalah koloid lifofil setengah kaku
e.Buih adalah sistem koloid dari gas yang terdispersi dalam zat cair
IV. ALAT DAN BAHAN
4.1 Alat
No
Nama
Ukuran
Jumlah
1.        
Gelas Kimia (beker glas)
100   
2
2.        
Gelas ukur
50 ml
2
3.        
Pipet tetes
-
1
4.        
zentrifuge
-
1
5.        
PH meter
-
1
6.        
Tabung Zentrifuge
-
1

4.2 Bahan

No
Nama
Ukuran
1.
Air payau
50 ml
2.
Menthanol 95 %
25 tetes
V. LANGKAH KERJA
5.1 Mengamati Sifat Koloid Koagulasi
1.Pertama, kami memasukkan masukan air payau kedalam gelas ukur 100 ml. sebanyak 50 ml lalu kami menuangkannya ke dalam gelas kimia yang berukuran 50 ml tadi.
2.Kemudian kami menambahkan metanol 95 % dengan menggunakan pipet tetes sebanyak 25 tetes kedalam gelas kimia yang berisi koloid ( air payau ).
3.Kemudian, kami mengamati perubahan warna larutan sesudah di tetesi metanol dengan  sebelum di tetesi metanol.
4.Selanjutnya kami memasukkan air payau yang sudah ditetesi methanol tadi kedalam tabung Zentrifuge
5.Lalu kami memasukkan tabung zentrifuge tersebut kedalam mesin zentrifuge lalu ditutup setelah itu kami mengaktifkan alat tersebut dengan Rpm  15 x 100, dalam waktu 10 menit
6.Kami menunggu selama 10 menit, kemudian setelah selesai kami mengamati isi tabung yang berisi air payau tersebut setelah dilakukan sentrifugasi.

5.2 Mengukur PH koloid
1. Pertama, kami menyiapkan koloid (air payau).
2. Kemudian kami mengukur PH air payau  tersebut dengan menggunakan PH meter, setelah itu kami
mencatat PH air payau yang ditunjukan PH Meter
3. Selanjutnya, kami menyiapkan kembali  koloid (air payau) yang sudah ditambahkan/ditetesi
methanol 95% sebanyak 25 tetes.
4. Kemudian kami mengukur PH air payau  yang sudah ditambahkan/ditetesi methanol 95% tersebut
dengan menggunakan PH meter, setelah itu kami mencatat PH yang ditunjukan PH Meter.
5. Lalu kami membandingkan hasil PH dari kedua koloid tersebut.


VI.  HASIL PENGAMATAN
Data dan hasil yang didapat dari langkah pengamatan diatas Dapat di rangkum pada tabel hasil pengamatan berikut :
No
Perlakuan pada air payau
Hal-hal yang diamati
PH
Perubahan Fisis
Suhu
Sebelum
Setelah
Sebelum
Setelah
Sebelum
Setelah
1.
Ditetesi dengan Metanol (CH3OH)
6,35
6,65
Air payau terlihat Keruh
Air payau terlihat Lebih jernih
28.9oC
28.9oC
2
Dimasukkan ke dalam Zentrifuge
-
-
Air payau  lebih jernih
(Setelah ditetesi CH3OH)
Air payau terlihat semakin jernih dan bening
-
-
VII.  PEMBAHASAN
Pada percobaan ini air payau diberikan dua perlakukan. Pertama air payau yang telah diukur sebanyak 50 ml. Ditetesi dengan CH3OH (Methanol) 95% sebanyak 25 tetes. Kemudian dilakukan sentrifugasi pada air payau setelah penambahan CH3OH.
Langkah pertama adalah mengukur PH air payau dengan menggunakan PH Meter. PH yang ditunjukan adalah 6,35. Air payau merupakan koloid dimana, sebagian besar koloid bersifat asam. Saat mengukur PH air payau dengan menggunakan PH meter, PH yang ditunjukan berubah-ubah. Hal ini dikarenakan sebagian partikel yang bergerak bebas dalam mediumnya. Partikel koloid selalu bergerak ke segala arah. Peristiwa ini sesuai dengan sifat koloid yakni “Gerak Brown”.
Selanjutnya dilakukan penambahan methanol (CH3OH) 95% sebanyak 25 tetes. Penambahan methanol (CH3OH) ini menghasilkan larutan yang lebih jernih pada air payau. Hal ini disebakan oleh adanya peristiwa penyerapan molekul atau ion terhadap zat. Peristiwa ini sesuai dengan sifat koloid yaitu “adsorpsi”.  Pada Dasarnya Air payau (Koloid) keruh, karena adanya partikel-partikel dengan luas permukaan yang sangat besar dalam sistem koloid(air payau) tersebut. Partikel-partikel ini tersebar merata dan bergerak ke segala arah didalam sistem koloid.  Atas Dasar ini lah mengapa koloid memiliki daya “adsorbsi” yang besar. Seperti yang telah disebutkan bahwa Adsorpsi yaitu kemampuan partikel koloid untuk menyerap berbagai zat pada permukaannya. Partikel koloid pada air payau mampu menyerap molekul netral atau ion-ion pada permukaannya yang menyebabkan partikel koloid menjadi bermuatan. Muatan dalam partikel koloid bukan disebabkan oleh ionisasi partikel seperti pada larutan, melainkan disebabkan oleh adanya ion lain yang diadsorpsi. Pada air payau, partikel-partikel yang berukuran besar (seperti tanah yang terikut didalam air) yang terdispersi dapat diendapkan dengan penambahan metanol CH3OH yang dapat membentuk koloid baru. Koloid baru tersebut mengadsorpsi pengotor di dalam air payau, menggumpalkan, dan mengendapkannya sehingga larutan menjadi jernih. Ion-ion positif H+ dari CH3OH yang terlepas didalam air akan menetralkan ion-ion negatif koloid dalam larutan sehingga penyerapan terhadap ion H+ mengakibatkan terjadinya koagulasi (penggumpalan) partikel koloid yang sudah tidak stabil, hingga mengendap.
Tidak hanya itu, penambahan Metanol (CH3OH) mengakibatakan terjadinya kenaikan PH pada air payau, yakni dari sebelumnya 6,35 naik menjadi 6,65. Kenaikan PH disebabkan karena ketika dilakukan penetesan larutan CH3OH kedalam air payau, larutan CH3OH tersebut akan menhasilkan/melepaskan ion hidroksida (OH- ). Koloid (air payau) Mengikat ion-ion OH- dari c. Sehingga karena adanya pengikatan ion-ion OH- inilah air payau mengalami kenaikan PH.
Selanjutnya Dilakukan sentrifugasi pada air payau setelah penambahan CH3OH. Setelah dilakukan sentrifugasi dan dikeluarkan dari mesin Zentrifuge, air payau terlihat semakin jernih, bahkan bening. Dan setelah diamati kembali ternyata terdapat endapan/gumpalan-gumpalan kecil melayang-layang didasar tabung. zentrifuge adalah alat yang melakukan pemisahan berdasarkan gravitasi, memanfaatkan gaya sentrifugal dimana partikel-partikel besar seperti kotoran dalam sampel dapat dipisahkan dengan gaya gravitasi yang menarik endapan ke dasar tabung.  gaya sentripugal berfungsi untuk menghilangkan/membuang warna keruh dan bau pada larutan. Hal ini dikarenakan adanya bagian zat yang mempunyai berat jenis yang lebihtinggi akan terdorong kearah luar putaran, sehingga endapan /padatan akan terpisah dari lrutan karena adanya perbedaan berat jenis dan gaya putaran yang tinggi.
koloid mengalami koagulasi saat dilakukan sentrifugasi (dimasukan kedalam zentrifuge) melalui cara mekanik/fisik yaitu dengan pengadukan/pengocokan secara cepat. Selain dapat mengkoagulasikan suatu larutan dengan cara mekanik (pengadukan cepat) , zentrifuge juga dapat menyingkirkan partikel-partikel pencemar suatu larutan (warna, bau, dsb) sehingga larutan menjadi bening.

VIII.  KESIMPULAN
Dari praktikum yang telah kami lakukan, kami dapat menyimpulkan beberapa hal, sebagai berikut:
1. Air payau merupakan suatu sistem koloid yang berupa sol.
2. Penampahan metanol pada air payau menyebabkan perubahan warna pada air payau, yakni warna air payau menjadi lebih jernih. Penambahan metanol ini membuktikan adanya sifat “adsorbsi dan koagulasi” pada koloid (air payau)
3.  Perlakuan sentrifugasi yakni memasukkan tabung zentrifuge yang berisi air payau ke dalam mesin zentrifuge kemudian diaktifkan dengan kecepatan 15 x 100 Rpm menyebabkan terjadi perubahan-perubahan baik dari sisi warna/kejernihan, dan penggumpalan. Warna air payau semakin jernih bahkan bening serta terdapatnya gumpalan-gumpalan kecil melayang didasar koloid tersebut. Sentrifugasi tersebut membuktikan adanya sifat “koagulasi” pada koloid (Air payau)

DAFTAR PUSTAKA
Annisa.2008.”kimiakoloid”.(online).http://annisanfushie.wordpress.com/2008/12/07/kimia-koloid/.Diakses tanggal 13 Mei 2010
Purba,Michael.2003.KMIA 2000 Untuk SMU Kelas 2 jilid 2B.Erlangga: Jakarta.
Verliany.2008.”koloid”.(online).http://verliany.wordpress.com/2008/03/16/27/.Diakses tanggal 13 mei 2010
Winianti.2007.”koagulasikoloid”.(online).http://kimia.upi.edu/utama/bahanajar/kuliah_web/2007/Winiati(044482)new/Koagulasi koloid.html. diakses tanggal 13 mei 2010
Anonim.2010.”Air Payau”. http://id.wikipedia.org/wiki/Air_payau. Diakses tanggal 13 mei 2011.
Anonim.2010.”Metanol”. http://id.wikipedia.org/wiki/Metanol. Diakses tanggal 13 mei 2011.


0 komentar: